12 November 2009

QALBU YANG SEHAT

DIJELASKAN oleh para ulama bahwa qalbu yang sehat itu adalah qalbun salim yang tidak akan selamat seorangpun di hari kiamat kecuali yang datang dengan membawanya. Allah berfirman:
"Di hari yang tidak bermanfaat harta atau anak kecuali yang datang dengan qalbun salim." (Asy Syu'ara: 88-89)

Demikian juga Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memuji Nabi Ibrahim 'alahis salam karena memiliki qalbun salim:
"...Sungguh di antara golongannya (Nuh) adalah Ibrahim (ingatlah) ketika datang kepada Rabbnya dengan qalbu yang selamat." (Ash Shafat: 83-84)
yaitu yang selamat dari keyakinan-keyakinan atau keinginan yang rusak, yang selamat dari syubhat yang berlawanan dengan berita dari Allah Subhanahu wa Ta'ala dan yang selamat dari syahwat yang bertentangan dengan perintah dan larangan-Nya. Sehingga, selamatlah ia dari penghambaan kepada selain-Nya dan selamat dari berhukum kepada selain Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam cintanya murni kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan berhukumnya hanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

Rasa takutnya, harapnya, kembalinya, kehinaannya hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, mengutamakan ridha-Nya disetiap keadaan, dan menjauhkan diri dari segala sesuatu yang menyebabkan Allah murka. Inilah hakekat penghambaan yang qalbu itu tidak akan baik kecuali dengannya.

Dengan demikian, qalbunya selamat dari syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam bentuk apapun. Penghambaannya murni hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala baik dalam niatnya, cintanya, tawakalnya, taubatnya, takutnya dan harapannya. Dan amalnya murni untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jika cinta, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jika benci pun, juga karena Allah Subhanahu wa Ta'ala. Demikian pula kalau menahan diri, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Tapi itu tidak cukup sehingga qalbunya benar-benar selamat dari ketundukan dan berhukum kepada selain Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ia benar-benar mengikat hatinya dengan Rasul shallallahu 'alaihi wasallam dengan ikatan yang kuat untuk mengikutinya, bukan kepada yang lain siapapun dia, baik dalam ucapan, apakah ucapan hati yaitu akidah atau ucapan lisan yaitu ungkapan dari apa yang terdapat dalam hati atau dalam amalan. Baik amalan hati atau amalan badan. Hatinya bersih dari bid'ah dan merasa tentram dengan sunnah.

Jadi tidak sempurna keselamatan hati kecuali setelah selamat dari lima hal: syirik yang menentang tauhid, bid'ah yang menyelisihi sunnah, hawa nafsu yang menyelisihi perintah, dan lalai yang menyelisihi dzikir.

Wallahu a'lam bish-shawab.


Sumber: Majalah Syari'ah, No. 02/I/Rabi'ul Awwal/1424 H/Mei 2003, hal. 43.