06 November 2009

SYIRIK

SYIRIK adalah menjadikan sekutu bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala pada sesuatu yang menjadi kekhususannya baik uluhiyah, rububiyah, atau asma dan sifat-Nya.

Yang menjadi kekhususan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam uluhiyah maksudnya adalah ibadah. Sedangkan rububiyah adalah perbuatan-perbuatan Allah, dan asma serta sifat-Nya.

Sehingga syirik bisa terjadi pada tiga hal:
1. Ibadah, yaitu dengan beribadah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala baik kepada berhala, jin, orang shalih yang telah mati, atau benda mati yang dikeramatkan. Dan ini disebut syirik dalam hal uluhiyah.
2. Perbuatan-perbuatan yang menjadi kekhususan Allah Subhanahu wa Ta'ala seperti mencipta alam, mengaturnya, menjaganya, memberi rizki makhluk yang di dalamnya, menghidupkan, mematikan, menyembuhkan sakit dan semacamnya. Orang yang meyakini bahwa selain Allah Subhanahu wa Ta'ala bisa melakukan perbuatan-perbuatan tersebut, berarti ia telah berbuat syirik dalam hal rububiyah.
3. Asma dan sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah Subhanahu wa Ta'ala memiliki nama dan sifat yang khusus untuknya seperti tersebut di dalam ayat Al Qur'an maupun hadits Nabi yang shahih. Maka barangsiapa yang meyakini bahwa selain Allah Subhanahu wa Ta'ala ada juga yang memiliki seperti sifat Allah walaupun satu sifat, berarti ia telah berbuat syirik dalam hal sifat.

Contoh, dua buah bait syair yang memuji Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan berlebihan, bunyinya:

'Wahai makhluk yang paling mulia
Tiada bagiku yang kumohon padanya keinginanku selainmu
Dan sungguh dunia dan akhirat adalah sebagian kebaikanmu
Di antara ilmumu adalah ilmu tentang lauhul mahfudz dan pena penulis takdir'

Dua bait syair ini mengandung ketiga macam syirik tersebut di atas.
Pada ucapan "Tiada bagiku yang kumohon padanya keinginanku selainmu", mengandung syirik dalam uluhiyah.
Pada ucapan "dan sungguh dunia dan akhirat adalah sebagian kebaikanmu", mengandung syirik dalam rububiyah.
Dan pada ucapan "di antara ilmumu adalah ilmu tentang lauhul mahfudz dan pena penulis takdir", mengandung syirik dalam sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala yaitu sifat ilmu pada perkara itu.

Kesalahan Memahami Makna Syirik

Kesalahan-kesalahan dalam memahami makna syirik di antaranya:
1. Aliran Mu'tazilah memahami bahwa meyakini sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala yang banyak itu syirik, karena menurut mereka sifat-sifat yang banyak itu berarti banyaknya yang disifati. Pemahaman ini jelas keliru, karena satu hal yang sangat wajar sesuatu memiliki sifat lebih dari satu.
2. Memahami bahwa syirik itu hanya dalam rububiyah, oleh karenanya sebagian orang berbuat syirik dalam uluhiyah dan bertauhid dalam rububiyah.
3. Meyakini bahwa syirik terbatas pada peribadatan kepada berhala.
4. Memahami syirik dalam istilah syari'at dengan makna iri atau dengki.

SUMBER BACAAN:
1. Aqidah Thahawiyah dengan ta'liq (catatan kaki) Syaikh Al Albani hal. 31-32
2. Kasyfusy Syubuhat dengan syarah Syaikh Ibnu Utsaimin hal. 35 dan 96
3. Qawaid Mutsla hal. 25
4. Firaq Mu'ashirah
5. Al Qaulul Mufid hal. 11


Sumber: Majalah Syari'ah, No. 02/I/Rabi'ul Awwal/1424 H/Mei 2003, hal. 20.