21 Oktober 2009

HUKUM DARAH HAIDH DAN NIFAS

DARAH haidh dan nifas adalah dua hal yang umum dijumpai kaum wanita. Namun masih ada dari mereka yang belum mengetahui, apakah darah haidh dan nifas termasuk najis atau bukan, sementara hal ini sangat penting bagi mereka.

Telah datang dalil yang menunjukkan kenajisan darah haidh dalam hadits Asma' bintu Abi Bakr radhiyallahu 'anha. Beliau menceritakan:
Seorang wanita bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ia berkata, "Ya Rasulullah, jika salah seorang dari kami terkena darah haidh pada pakaiannya, apa yang harus ia lakukan?"
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Apabila darah haidh mengenai pakaian salah seorang dari kalian, hendaknya dia mengeriknya lalu membasuhnya, kemudian ia shalat memakai pakaian tersebut." (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari no. 330, 331 dan Muslim no. 110)

Berkata Imam As Shan'ani rahimahullah di dalam Subulus Salam -setelah membawakan hadits di atas-: "Hadits ini merupakan dalil yang menunjukkan najisnya darah haidh."

Kaum muslimin sendiri telah bersepakat bahwa darah haidh itu najis dengan nash yang ada ini dan Imam An Nawawi menukilkan adanya ijma' dalam hal ini. Adapun darah nifas, hukumnya sama dengan darah haidh.


Sumber: Majalah Syari'ah, No. 01/I/Shafar/1424 H/April 2003, hal. 30-31.