20 Oktober 2009

IMAN ADALAH UCAPAN DAN PERBUATAN

MENGUCAPKAN "Saya beriman", memang sangat mudah dan ringan di mulut. Akan tetapi bukan sekedar itu kemudian seorang telah sempurna imannya. Ketika memproklamirkan dirinya beriman, maka seseorang memiliki konsekuensi yang harus dijalankan dan ujian yang harus diterima, yaitu kesiapan untuk melaksanakan segala apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya baik berat atau ringan, disukai atau tidak disukai.

Konsekuensi iman ini pun banyak macamnya. Kesiapan menundukkan hawa nafsu dan mengekangnya untuk selalu berada di atas ridha Allah termasuk konsekuensi iman. Mengutamakan apa yang ada di sisi Allah dan menyingkirkan segala sesuatu yang akan menghalangi kita dari jalan Allah juga konsekuensi iman. Demikian juga dengan memperbudak diri di hadapan Allah dengan segala unsur pengagungan dan kecintaan.

Mengamalkan seluruh syariat Allah juga merupakan konsekuensi iman. Menerima apa yang diberitakan oleh Allah dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam tentang perkara-perkara yang gaib dan apa yang akan terjadi di umat beliau merupakan konsekuensi iman. Meninggalkan segala apa yang dilarang Allah dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga merupakan konsekuensi iman. Memuliakan orang-orang yang melaksanakan syariat Allah, mencintai dan membela mereka, merupakan konsekuensi iman. Dan kesiapan untuk menerima segala ujian dan cobaan dalam mewujudkan keimanan tersebut merupakan konsekuensi dari iman itu sendiri.

Allah berfirman di dalam Al Qur'an:
"Alif lam mim. Apakah manusia itu menyangka bahwa mereka dibiarkan untuk mengatakan kami telah beriman lalu mereka tidak diuji? Dan sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka agar Kami benar-benar mengetahui siapakah diantara mereka yang benar-benar beriman dan agar Kami mengetahui siapakah di antara mereka yang berdusta." (Al Ankabut: 1-3)

Imam As Sa'dy dalam tafsir ayat ini mengatakan:
"Allah telah memberitakan dalam ayat ini tentang kesempurnaan hikmah-Nya. Termasuk dari hikmah-Nya bahwa setiap orang yang mengatakan "aku beriman" dan mengaku pada dirinya keimanan, tidak dibiarkan berada dalam satu keadaan saja, selamat dari segala bentuk fitnah dan ujian dan tidak ada yang akan mengganggu keimanannya. Karena kalau seandainya perkara keimanan itu demikian (tidak ada ujian dan gangguan dalam keimanannya), niscaya tidak bisa dibedakan mana yang benar-benar beriman dan siapa yang berpura-pura, serta tidak akan bisa dibedakan antara yang benar dan yang salah."

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Orang yang paling keras cobaannya adalah para nabi kemudian setelah mereka kemudian setelah mereka." (HR. Imam Tirmidzi dari sahabat Abu Sa'id Al Khudri dan Sa'ad bin Abi Waqqas radhiyallahu 'anhuma dishahihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahihul Jami' no. 992 dan 993)

Ringkasnya, iman adalah ucapan dan perbuatan. Yaitu, mengucapkan dengan lisan serta beramal dengan hati dan anggota badan. Dan memiliki konsekuensi yang harus diwujudkan dalam kehidupan, yaitu amal.

( Penulis: Ustadz Abdurrahman Lombok )


Sumber: Majalah Syari'ah, No.01/I/Shafar 1424 H/April 2003 hal. 6-7