06 November 2009

HAKEKAT HATI MANUSIA

SESUATU yang paling mulia pada manusia adalah hati. Karena sesungguhnya hatilah yang mengetahui Allah, yang beramal untuk-Nya, dan yang berusaha menuju kepada-Nya. Anggota badan hanya menjadi pengikut dan pembantu hati, layaknya seorang budak yang membantu raja. Barangsiapa mengetahui hakekat hatinya, ia akan mengetahui hakekat Rabb-Nya. Namun mayoritas manusia tidak tahu hati dan jiwanya.

Ketahuilah, bahwa hati pada tabiat fitrahnya mau menerima petunjuk. Tapi tetap ada syahwat dan hawa nafsu yang melekat padanya di mana hati juga akan cenderung kepadanya. Akan saling mengusir antara malaikat dan setan padanya, terus berlangsung sampai hati itu membuka untuk salah satunya dan akhirnya menetap padanya. Sehingga pihak kedua tidak lewat hati itu kecuali sembunyi-sembunyi. Sebagaimana firman Allah:
"Dari kejahatan bisikan-bisikan yang tersembunyi." (An Naas: 4)

Yaitu yang jika disebut Allah ia sembunyi, tapi kalau lalai ia merasa lega. Dan tidak ada yang mengusir setan dari hati kecuali dzikir kepada Allah. Setan tidak akan tentram bersama dzikir.

Ketahuilah, permisalan hati seperti sebuah benteng, sedang setan adalah musuh yang hendak memasuki benteng itu lalu menguasainya. Tidak mungkin benteng itu terjaga kecuali dengan menjaga pintu-pintunya. Dan tidak mungkin mampu menjaganya orang yang tidak mengetahuinya, begitu pula tidak mungkin menghalangi setan kecuali dengan mengetahui jalan masuknya.

Jalan-jalan masuk setan banyak jumlahnya, di antaranya hasad (dengki), ambisi duniawi, marah, syahwat, cinta berhias, kenyang, tamak, terburu-buru, cinta harta, fanatik madzab, berpikir sesuatu yang tidak dicapai akal, buruk sangka dengan kaum muslimin, dan lain-lain.

Seyogyanya seorang manusia menjaga dirinya dari sesuatu yang akan menjadikan orang berprasangka buruk kepadanya. Untuk mengobati kerusakan-kerusakan ini adalah dengan menutup pintu-pintu setan tersebut dengan membersihkan hati dari sifat-sifat jelek itu, sehingga dengan bersihnya hati dari sifat-sifat itu berarti setan-setan hanya bisa lewat, tidak bisa tetag padanya. Untuk menghalangi lewatnya cukup dengan berdzikir kepada Allah dan memenuhi hati dengan takwa.

Perumpaan setan itu seperti anjing lapar yang mendekatimu. Kalau kamu tidak punya makanan dia akan pergi hanya diusir dengan kata-kata. Tapi kalau kamu punya makanan sedang dia lapar dia tidak akan pergi hanya dengan ucapan. Begitu pula hati yang tidak memiliki makanan untuk setan, setan itu akan pergi hanya dengan dzikir.

Sebaliknya hati yang dikalahkan oleh hawa nafsunya dia menjadikan dzikir itu hanya sambilan sehingga tidak mapan di tengahnya. Maka setanlah yang akhirnya menetap di tengahnya.

Jika kamu ingin tahu kebenarannya, perhatikan yang demikian ini pada shalatmu. Lihatlah bagaimana setan mengajak bincang-bincang dengan hatimu di saat semacam ini, dengan mengingatkan pasar, gaji pegawai, mengatur urusan dunia, dan lain-lain.
Wallahu Ta'ala a'lam.

(Diterjemahkan dan diringkas dari Mukhtasar Minhajul Qashidin, Ibnu Qudamah hal. 193-195 oleh Ustadz Qomar Suaidi)


Sumber: Majalah Syari'ah, No. 01/I/Shafar/1424 H/April 2003, hal. 42