03 November 2009

MENUNTUT ILMU ADALAH IBADAH

ILMU merupakan ibadah. Sebagian ulama bahkan mengatakan: Ilmu adalah shalat yang tersembunyi dan ibadah hati. (Hilyah Thalibul Ilm hal. 9)

Maka tentunya dibutuhkan keikhlasan dalam menuntutnya, yakni benar-benar karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, bukan karena kepentingan dunia. Allah berfirman:
"Dan mereka tidak diperintahkan kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama kepada-Nya." (Al Bayyinah: 5)
Nabi juga bersabda:
"Barangsiapa mempelajari ilmu yang diharapkan dengannya wajah Allah Subhanahu wa Ta'ala (ilmu syariat -pent), ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan bagian dari dunia, maka ia tidak akan mendapatkan bau surga pada hari kiamat." (Shahih, HR. Ahmad, Abu Dawud, Hakim, dan Baihaqi. Lihat Shahihul Jami': 6159)

Juga hendaknya ia berniat menghilangkan kebodohan dari dirinya, karena bodoh itu sifat tercela lebih-lebih menurut agama. Oleh karenanya, Nabi Musa 'alaihis salam berlindung kepada Allah dari kebodohan, katanya:
"Ya Allah sungguh aku berlindung kepada-Mu agar tidak termasuk orang-orang yang bodoh." (Al Baqarah: 67)

Demikian pula Nabi Yusuf 'alaihis salam berlindung kepada Allah dari kebodohan. Allah Subhanahu wa Ta'ala juga menasehatkan hal ini kepada Nabi Nuh 'alaihis salam:
"... Sesungguhnya Aku memperingatkanmu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan." (Hud: 46)

Sebaliknya, ilmu syariat adalah sesuatu yang terpuji dan dianjurkan. Maka tentu saja, niat untuk berilmu dan menghindari kebodohan adalah niat yang baik.

Imam Ahmad rahimahullah pernah ditanya oleh muridnya yang bernama Al Muhanna. Katanya: Apakah amalan yang terbaik? Jawab Imam Ahmad: Menuntut ilmu.
Kukatakan: Buat siapa keutamaan ini? Jawabnya: Bagi yang niatnya benar.
Kukatakan: Bagaimana niat yang benar? Jawabnya: Berniat untuk bertawadhu' padanya dan untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya. Dalam riwayat lain: Juga dari umatnya. (Adab Syar'iyyah 2:38 dan Kitabul Ilmi-Ibnu Utsaimin hal. 27)

Termasuk niat yang baik adalah membela syariat. Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menjelaskan, hendaknya penuntut ilmu berniat mencari ilmu untuk membela syariat. Karena, membela syariat tidak mungkin dilakukan kecuali oleh para pembawa syariat itu. Ilmu itu persis seperti senjata, ...dan sesungguhnya bid'ah yang baru akan terus muncul sehingga terkadang sebuah bid'ah tidak muncul di jaman terdahulu dan tidak terdapat dalam buku-buku. Sehingga, tidak mungkin membela syariat ini kecuali seorang penuntut ilmu. (Kitabul Ilmi-Ibnu Utsaimin: 28)

Wallahu a'lam.


Sumber: Majalah Syari'ah, No. 02/I/Rabi'ul Awwal/1424 H/Mei 2003, hal. 12.